Awalnya merupakan usulan presiden Perancis, Nicolas Sarkozy untuk menjatuhkan embargo minyak kepada Iran atas kegiatan nuklir mereka. Namun kemudian berbuntut panjang karena ditanggapi negatif oleh wakil presiden Iran, Mohammad Reza Rahimi. Walaupun kemudian usulan tersebut ditentang oleh berbagai pihak termasuk Uni Eropa, namun Iran telah mengeluarkan ancaman untuk menutup paksa selat Hormuz, selasa (27/12). Jika rencana ini diwujudkan, maka perekonomian dunia akan mengalami gejolak terutama pasar Eropa yang sampai sekarang sebagian masih dilanda krisis finansial. Dan bukan tidak mungkin memicu perang antar negara.
Iran selama ini berusaha tidak terang-terangan menyatakan ancamannya untuk menutup salah satu jalur pasokan minyak tersibuk di dunia ini. Namun, pernyataan Rahimi merupakan ancaman terbuka.
"Jika sanksi dijatuhkan terhadap ekspor minyak Iran, tak ada setetes pun minyak yang akan melewati Selat Hormuz," kata Rahimi seperti dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA.
Akibat pernyataan dari dua pimpinan negara ini, harga minyak langsung naik hingga lebih dari 1 dollar AS per barrel di bursa New York dan London. Minyak mentah light sweet crude untuk kontrak pengiriman bulan Februari di bursa New York Mercantile Exchange ditutup pada harga 101,34 dollar AS per barrel, Selasa, atau naik 1,66 dollar AS dari harga penutupan Jumat pekan lalu. Sementara itu di London, minyak mentah Brent naik menjadi 109,27 dollar AS per barrel, atau naik 1,31 dollar AS dari pekan lalu. Konsultan energi terkemuka dunia, The Schork Group memperkirakan, harga minyak dunia bisa melonjak hingga di atas 140 dollar AS per barrel apabila Iran benar-benar menutup Selat Hormuz...
Attachment 792 Selat Hormuz adalah sebuah terusan dengan penjang 54 km yang menghubungkan Teluk Persia dan Laut Arab. Selat Hormuz memainkan peranan penting untuk menyalurkan minyak dari Timur Tengah ke seluruh dunia. Dari Selat inilah pasokan 75% pasar minyak mentah Asia terutama pasar minyak Jepang, India, Korea Selatan dan China. Selat Hormuz pada tahun 2010-2011 ini rata-rata dilewati 20-30 kapal tanker yang mengangkut 16,5-17 juta barrel minyak, memegang peranan kunci bagi 40% lalu lintas minyak maritim dunia dan sekitar 90% ekspor minyak dari Teluk Persia, seperti Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Iran sendiri, harus melewati selat sempit itu untuk menuju lautan lepas dan diangkut ke berbagai negara.
Ancaman itu diperkuat Kepala Staf Angkatan Laut Iran Laksaman Muda Habibollah Sayyari, Rabu (28/12), dengan mengatakan: sangat mudah bagi militer Iran menutup Selat Hormuz, AL Iran dibentuk dengan tujuan mampu menutup Selat Hormuz sewaktu-waktu dibutuhkan. Meski demikian, lanjut dia, penutupan Selat Hormuz belum dipandang perlu oleh Iran. Ia mengutarakan hal tersebut disela-sela latihan militer Iran dikawasan ini yang dilakukan sejak minggu lalu (24/12) dan akan berlangsung selama 10 hari. Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Amerika Serikat kemudian mengirimkan armada kelima Angkatan Lautnya dengan kapal induk USS John C. Steniss. Dari juru bicara armada, Rebecca Reberich menyatakan bahwa: mereka selalu siap sedia bertindak jika diperlukan. Armada ini bahkan melewati "manoeuvre zone" dimana disekitar wilayah tersebut Iran juga sedang melakukan latihan militer. Pertunjukan militer kedua belah pihak tersebut sangat dekat sebagaimana dikutip ole AFP, bahkan dari kapal perang masing-masing bisa saling mendengar teriakan mereka yang membuat ketegangan semakin memanas.
Attachment 793 Masyarakat dunia internasional tidak menginginkan hal seperti ini terjadi karena merugikan ekonomi secara global. Perang, apalagi bagi kedua negara tersebut yang mempunyai perangkat militer dengan daya rusak yang sangat tinggi. Banyak pengamat militer yang menginginkan agar China menjadi penengah atas masalah tersebut. Bagi AS, respon dari pemerintah Beijing akan sangat berpengaruh karena ketergatungan beban utang Washington yang sangat besar. Sementara Iran sendiri, China adalah negara yang selama ini selalu membayangi atas setiap hak veto dalam dewan keamanan PBB apabila ada perlakuan dari negara Eropa maupun AS, selain Rusia.
Di negeri kita, Indonesia kita hanya bisa berharap (sesekali menengok) agar mereka, kepada negara yang bersitegang tersebut diberi jalan yang terang dan berfikir lebih baik. Dalam perang mereka, nuklir bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, lalu bagaimana nasib umat manusia, nasib kita, nasib anak cucu kita, tak ada yang berakhir tawa dalam sebuah perang, apalagi dengan nuklir.
Sumber: wikipedia.org, kompasiana.com, kompas.com, afp.com, globalsecurity.org, picture:afp.com